Selasa, 13 Oktober 2009

"Kebersamaan"


Dalam realitas perjalanan 64 tahun ”Bahtera NKRI” mengarungi samudera kehidupan berbangsa dan bernegara, kita telah menyaksikan dan merasakan berbagai kemajuan dan keberhasilan.
Tapi dalam perjalanan tersebut, ”Bahtera NKRI” seringkali diperhadapkan pada persoalan besar ”arus, badai dan gelombang, serta karang terjal”, yang hampir-hampir memporak-porandakan dan menenggelamkan keutuhan ”Bahtera NKRI”.
Beberapa realitas dari persoalan tersebut adalah :
1. Kehidupan masyarakat bangsa cenderung dibayang-bayangi oleh munculnya berbagai persoalan sosial kemasyarakatan yang melahirkan bibit-bibit disintegrasi bangsa dengan segala dimensinya.
2. Agama seringkali dijadikan sebagai alasan bahkan senjata untuk melawan komunitas lain, padahal agama merupakan domain privat, dan bukan domain publik, yang kebebasannya dijamin oleh Undang-Undang Dasar.
3. Bahwa sesungguhnya NKRI dibangun bukan oleh satu agama, suku, atau golongan tertentu. Tapi dibangun oleh seluruh komponen masyarakat bangsa indonesia, tanpa memandang perbedaan-perbedaan yang ada.
4. Disamping itu, realitas kehidupan masyarakat bangsa juga, menunjukkan adanya berbagai konflik, baik konflik politik-vertikal (pusat-daerah, elit-masa) maupun konflik sosial-horisontal (antar masyarakat).
5. Konflik politik yang bersifat vertikal, seperti yang terjadi pada berbagai daerah , merupakan salah satu bentuk yang menggambarkan terjadinya degradasi nasionalisme indonesia.
6. Konflik sosial yang bersifat horizontal, seperti yang terjadi di poso, ambon, konflik antar-daerah, dan antar-kampung, menggambarkan belum tertatanya Visi Kebersamaan dalam memposisikan nilai kepelbagaian (kemajemukan) dalam sikap, tindakan, dan perilaku kehidupan berbangsa dan bernegara.
7. Realitas ini kemudian memberikan peluang pada rusaknya rasa dan komitmen kebangsaan, serta penghargaan terhadap pluralitas masyarakat. Akibatnya kemudian masyarakat indonesia sangat rentan terhadap disintegrasi, yang mengancam keutuhan ”Bahtera Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

Dengan berbagai realitas persoalan bangsa tersebut, maka sebagai bagian dari anak bangsa untuk berefleksi diri :
1. Apakah ini pertanda bahwa bangsa ini mengalami chrisis of management dan crisis of authority? Siapakah yang bertanggungjawab atas semua persoalan ini? Apakah pemerintah, partai politik, lsm, agama dan segenap komponen masyarakat bangsa akan lari dari realitas ini?
2. Persoalan-persoalan bangsa ini perlu kita jawab bersama, bahwa kita semua ikut bertanggungjawab. Oleh karena itu, kita semua juga harus menjadi bagian dari problem solver dari persoalan ini.
3. Bahwa salah satu penyebab dari munculnya berbagai persoalan bangsa adalah karena lemahnya fondasi bangunan kebersamaan dalam kepelbagaian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga karakter kebangsaan kurang termanifestasi dalam setiap kiprah anak bangsa.
4. Padahal dalam konteks kehidupan berbangsa, kita telah mempunyai Pancasila, yang bukan sekedar ideologi bangsa, tapi sekaligus sebagai landasan filosofi etis, moral dan spiritual dalam membangun kebersamaan dalam kepelbagaian masyarakat bangsa.
5. APAKAH KITA SEBAGAI BAGIAN DARI ELEMEN BANGSA INI TIDAK BISA HIDUP DALAM KEBERSAMAAN…? BIARLAH NURANI KITA YANG MENJAWABNYA…

Sekedar merenung persoalan kebersamaan dalam perjalanan kehidupan anak bangsa…